![]() | |
|
nasyiahjatim.or.id—Kota Serang, Banten menjadi saksi terselenggaranya Tanwir II Nasyiatul Aisyiyah pada Kamis-Sabtu (4–6/9/2025). Mengusung tema “Memajukan Perempuan, Mengokohkan Peradaban.” Permusyawaratan tertinggi kedua setelah Muktamar ini dihadiri oleh seluruh perwakilan Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah (PWNA) se-Indonesia, termasuk dari Jawa Timur yang memberangkatkan tujuh delegasi.
Tanwir kali ini menjadi momentum penting untuk melakukan evaluasi kepemimpinan, sekaligus meneguhkan peran strategis perempuan muda Muhammadiyah dalam menjawab tantangan zaman. Dari Jawa Timur, hadir para delegasi: Desi Ratna Sari, Hervina Emzulia, Arin Setiyowati, Siti Ma’rifatul Laelah, Nur Ravita Hanun, Qoni’ah Ikhwanina, dan Nina Rosita.
Suasana pembukaan berlangsung khidmat dengan sambutan hangat dari Ketua PWNA Banten selaku tuan rumah, disusul pernyataan resmi dari Ariati Dina Puspitasari, Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah (PPNA) yang menegaskan pentingnya memperkuat kiprah perempuan dalam gerakan dakwah berkemajuan.
Hadir pula Gubernur Banten, Andra Soni yang dalam sambutannya menyampaikan dukungan penuh pemerintah daerah terhadap peran strategis organisasi perempuan di bidang sosial, pendidikan, dan pemberdayaan ekonomi ini. Ia menekankan pentingnya sinergi antara gerakan perempuan dan pemerintah untuk mempercepat terwujudnya masyarakat yang berdaya dan berkemajuan.
Acara puncak ditandai dengan sambutan sekaligus pembukaan secara resmi oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, yang menabuh bedug sebagai simbol dimulainya Tanwir II. Dalam amanatnya, Haedar menegaskan bahwa sejak berdirinya Nasyiatul Aisyiyah pada tahun 1931, terdapat tiga nilai penting yang harus terus dijaga dan dijalankan dalam keorganisasian serta upaya memajukan bangsa.
“Pertama, Nasyiatul Aisyiyah harus terus memperkokoh persatuan untuk kepentingan umat dan bangsa. Sejarah mencatat, berbagai peristiwa besar termasuk penjajahan, telah mendorong Muhammadiyah, Aisyiyah, dan Nasyiatul Aisyiyah mengedepankan nilai persatuan bangsa. Maka ide persatuan saat itu menjadi sebuah ide besar untuk membawa kita menjadi negara merdeka,” tegas Haedar.
Kedua, lanjutnya, adalah membangun akhlak. Ia mengingatkan bahwa jika akhlak para kader runtuh, maka bangsa tidak bisa tegak berdiri dan maju dalam proses panjang sejarahnya.
“Ketiga, kader Nasyiatul Aisyiyah harus senantiasa memperdalam agama. Muhammadiyah sejatinya bukanlah pergerakan politik, melainkan gerakan keagamaan. Menghadirkan agama berarti memperkuat akhlak, nilai-nilai agama, serta mualah duniawiyah,” ujar Haedar.
Momentum ini turut dihadiri oleh jajaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Aisyiyah, organisasi otonom (Ortom), wakil bupati, sejumlah menteri, hingga tokoh masyarakat. Dengan semangat kolaborasi dan penguatan visi, Tanwir II Nasyiatul Aisyiyah di Kota Serang diharapkan mampu melahirkan gagasan segar untuk memajukan perempuan sekaligus mengokohkan peradaban bangsa.
Hervina Emzulia