Kisah Allah Tertawa karena Perbuatan Ummu Sulaim di Ngaji Kitab Nasyiah

Nasyiah Ngaji Kitab 


nasyiahjatim.or.idSetiap Selasa sore, Nasyiatul Aisyiyah Jawa Timur menggelar kajian rutin bertajuk Ngaji Kitab Mu'jam A'lam an-Nisaa' fil Qur'anil Karim. Kitab ensiklopedia perempuan ini berisi kisah perempuan-perempuan yang menjadi penyebab turunnya ayat Al-Qur'an. 

Beberapa kisah perempuan seperti Asiyah binti Muzahim, Aminah binti Wahab, Asma' binti Abu Bakar, Asma' binti Umais, Asma' binti Yazid, dan puluhan kisah lainnya.

Wakil ketua bidang dakwah Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah (PWNA) Jawa Timur, Erfin Walida, menyampaikan keresahannya tentang kurangnya pengetahuan perempuan muda saat ini tentang tokoh muslim perempuan di masa lampau.

"Semoga kegiatan ini dapat membuka wawasan kita, bisa mengambip hikmah dari kisah-kisahnya, sekaligus mengasah kemampuan membaca kitab," terangnya.

Ngaji kitab Selasa kemarin (31/10/2023) membahas tentang kehidupan Ummu Sulaim yang sangat sederhana. "Yang dilakukan Ummu Sulaim ini seperti sikap altruisme yang mementingkan kesejahteraan orang lain dibanding dirinya," ungkap Ustadzah Lailatul Fithriyah Azzakiyah, pembina kegiatan ini. 

Ternyata Allah pernah tertawa melihat Ummu Sulaim dan suaminya, Abu Thalhah al-Anshari, saat menerima tamu muhajirin. Suatu hari, tamu ingin bertamu kepada Nabi Muhammad Saw.

Nabi bertanya pada para sahabat, "siapa yang bertugas menerima tamu kali ini?" Abu Thalhah menjawab, "Saya, ya Rasulallah."

Ia pun pulang dan meminta istrinya menyiapkan makan malam dan pencahayaan untuk tamu Nabi Saw. Karena makanan hanya cukup untuk tamunya, Ummu Sulaim berpura-pura membenahi sumber pencahayaan di sana, namun ia sengaja mematikan cahaya tersebut dan berpura-pura makan bersama suaminya.

Keesokan harinya, Thalhah yang seorang anshar ini bercerita ke Nabi perihal kejadian semalam. Nabi pun menanggapi, "Pantesan semalam Allah tertawa. Ternyata karena kelakuan kalian berdua." Inilah yang menjadi sebab turunnya surat Al-Hasyr ayat 9. 

"Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung."

Erfin Walida Rahmania