Departemen Pustaka, Informasi, dan Teknologi Digital


MUKADIMAH

Sejak dahulu dan hingga kini, pergerakan para perempuan yang berhimpun dalam satu wadah nyatanya memiliki efek yang luas dan memproduksi resonansi dengan daya jangkau ke mana-mana. Peran para perempuan tidak bisa dipandang sebelah mata kendati sedari dahulu hingga kini pergerakannya—tentu saja mengalami pasang surut oleh sebab zaman yang menempanya. Nyatanya, gerakan perempuan mampu meretas zaman dengan secara fasih menyesuaikan diri.

Kemajuan pesat arus informasi belakangan yang hingga menemukan eranya dapat ditengarai seiring sejalan dengan bertumbuhnya partisipasi umat manusia terhadap akses internet. Aktifitas saling terhubung ini, pada perkembangannya, memunculkan banyak medium—salah satu di antara yang paling populer adalah media sosial. Media sosial bak sumbu yang melejitkan populasi warga digital secara drastis dalam kurun yang relatif singkat.

Dalam kasus Indonesia, hal ini amat ditunjang oleh satu ekosistem yang tercipta sebab adanya populasi yang tinggi pemilik ponsel. Pintu masuk orang Indonesia ke internet sekarang ini lebih mungkin dilakukan melalui ponsel murah bikinan Cina—yang belakangan kedatangannya membanjiri Republik ini dan menjangkau nyaris ke seluruh pelosok dan menyebar ke hampir setiap kalangan dan kelas masyarakat—ketimbang melalui medium “tradisional” seperti warnet pada masa yang lalu (Lim, 2013).

Media digital semakin menjadi ruang di mana agregasi ide dan gagasan para warganya yang berkerumun dan diadu di sana. Pola-pola pertarungan yang oleh Jenkins (2006) disebut sebagai “lebih dari sekadar pergeseran teknologi” ini, bukan hanya persoalan pemindahan medium interaksi sosial belaka.

Lebih dari itu, fenomena ini bahkan telah berada pada titik revolusi yang “mengubah hubungan antara teknologi yang sudah ada, industri, pasar, genre, dan khalayak. Nyaris setiap detak kejadian di mana saja dapat diketahui dari sana. Paparan ini didukung oleh temuan Hirst (2011). Internet, katanya, tidak syak lagi memungkinkan munculnya beragam berita dan sudut pandang, yang meskipun media arus utama menjadi ruang dominan tempat mereka yang berkepentingan menggunakan kuasanya di era digital, namun media sosial tetap menjadi medium yang digemari warga digital senyampang masing-masing dari mereka dapat mengendalikan sepenuhnya—warganet adalah media bagi diri mereka sendiri. Maka, kekuatan media partisipatoris yang bergerak dari bawah ini menjadi semakin lazim.

Uraian di atas seiring sejalan dengan isu sekitar literasi yang belakangan kian populer—misalnya literasi digital. Literasi, yang dapat diperankan sebagai piranti untuk menyusuri dunia abad ke-21 menjadi elemen penting, dan oleh karenanya, mutlak dikuasai.

Akan tetapi, studi yang diselenggarakan oleh Organization for Economic Co-Operation and Development (OECD) (2019) memaparkan bahwa Indonesia berada pada peringkat 74 dari total 79 negara yang berpartisipasi. Kajian yang diberi tajuk Programme for International Students Assessment (PISA) ini dilakukan dengan survei internasional untuk mengukur kemampuan literasi dasar siswa berusia 15 tahun pada suatu negara. Dengan mengukur tingkat literasi dasar meliputi membaca, matematika, dan sains, studi ini juga melaporkan informasi terkait aspek demografi, kebiasaan, persepsi, serta aspirasi. Hasilnya, siswa Indonesia memiliki rata-rata kemampuan membaca 42 poin; matematika 52 poin; dan sains 37 poin. Berdasarkan temuan ini, Indonesia berada di bawah capaian negara-negara di Asia Tenggara. Inilah profil literasi Indonesia.

Namun bantahan tajam dilontarkan Solihin (2023). Ia mengkritik anggapan mayoritas sementara kalangan kita yang sedari lama memercayai “mitos” bahwa masyarakat Indonesia dianggap memiliki minat baca yang rendah. Mitos itu tak hanya dipercaya oleh kalangan awam, melainkan merasuk secara serius di kalangan para pengambil kebijakan. Salah satu dampaknya, ia melanjutkan, kita telanjur percaya bahwa masyarakat kita tidak gemar membaca sehingga upaya untuk meningkatkan minat baca seolah mustahil ditempuh.

Padahal, seperti disaksikan langsung oleh para pegiat dan aktivis literasi, minat baca masyarakat—terutama anak-anak, sangat tinggi. Hanya, akses terhadap bacaan yang rendah telah menghambat potensi minat baca itu untuk mewujud menjadi budaya baca. Budaya baca yang rendah kemudian menyebabkan tingkat literasi masyarakat kita menjadi rendah.

Kajian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan, Balitbang Kemdikbud, menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara rendahnya akses terhadap bahan bacaan dengan rendahnya budaya baca. Dalam laporan bertajuk Indeks Aktivitas Literasi Membaca (Indeks Alibaca) 34 Provinsi (2019), kajian tersebut berupaya memotret perilaku literasi (literacy behavior), khususnya literasi membaca. Melalui empat dimensi dalam Indeks Alibaca, antara lain dimensi kecakapan, akses, alternatif, dan budaya, tampak bahwa dari sisi kecakapan, masyarakat Indonesia relatif telah baik, terlihat tingginya angka bebas buta aksara dan Rata-Rata Lama Sekolah (RLS). Akan tetapi, dimensi kecakapan itu belum didukung oleh tiga dimensi lainnya: akses, alternatif, dan budaya.

Maka, menilik fenomena di atas, Nasyiatul Aisyiyah haruslah turut serta mengambil peran. Program-program yang dicanangkan oleh Nasyiatul Aisyiyah harus mampu menjawab tantangan-tantangan itu. Esensi kehadiran Nasyiatul Aisyiyah akan senantiasa mewujud pada seberapa kuat ia mampu menampilkan wajah yang senantiasa relevan dengan zaman—sekaligus tetap mempertahankan jati diri.


PROGRAM KERJA

1. Penerbitan Buku-buku PWNA Jawa Timur 
Narasi
Gerakan literasi perlu ditopang oleh keterampilan menulis (juga membaca) yang memadai.

Latar Belakang
Buku adalah sumber pengetahuan yang kaya dan mendalam. Melalui buku, pengetahuan dan ide dapat diabadikan dan diakses oleh banyak orang. Selain itu, buku merupakan sarana yang efektif untuk meningkatkan keterampilan literasi, seperti membaca, menulis, dan memahami.

Maka, penerbitan buku dapat membantu menumbuhkan kebiasaan membaca di kalangan kader dan pimpinan Nasyiatul Aisyiyah. Dengan menyediakan buku-buku yang menarik dan relevan, penerbitan dapat membangkitkan minat membaca dan membuatnya menjadi bagian dari gerakan dakwah Nasyiatul Aisyiyah. Masyarakat yang memiliki kebiasaan membaca cenderung memiliki tingkat literasi yang lebih tinggi dan lebih berdaya.

Sehingga, penerbitan buku-buku Nasyiatul Aisyiyah menjadi penting sekaligus menemukan relevansinya. Mengingat, gerakan literasi harus didukung dan diperkuat melalui sumber bacaan yang memadai. Penerbitan buku tidak hanya membantu meningkatkan literasi individu, tetapi juga berperan dalam membangun masyarakat yang berbasis pengetahuan, kritis, dan kreatif.

Tujuan
- Mewujudkan perempuan literat
- Menyebarluaskan narasi gerakan
- Membangun tradisi literasi organisasi

2. Workshop Kepenulisan
Narasi
Gerakan literasi perlu ditopang oleh keterampilan menulis (juga membaca) yang memadai.

Latar Belakang
Di banyak negara, perempuan menghadapi hambatan dalam mengakses pendidikan yang berkualitas. Faktor-faktor seperti kemiskinan, norma sosial yang diskriminatif, jarak geografis, dan konflik dapat menghambat akses perempuan ke pendidikan. Hal ini mengakibatkan tingkat literasi yang rendah di kalangan perempuan. Perempuan seringkali menghadapi kesenjangan akses dan kesempatan pendidikan dibandingkan dengan laki-laki.

Faktor-faktor ini dapat menyebabkan perempuan terjebak dalam siklus ketidakmampuan untuk mendapatkan pendidikan yang memadai. Norma sosial yang patriarkal dan stereotip gender sering mempengaruhi literasi perempuan. Dalam beberapa masyarakat, perempuan diharapkan lebih fokus pada peran domestik dan tidak didorong untuk mengembangkan keterampilan literasi. Hal ini dapat membatasi kesempatan perempuan untuk mengakses pendidikan dan mengembangkan kemampuan literasi.

Faktor ekonomi juga berperan dalam tingkat literasi perempuan. Ketika keluarga mengalami kemiskinan, prioritas pendidikan seringkali diberikan kepada anak laki-laki daripada perempuan. Perempuan juga mungkin terpaksa bekerja untuk membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, yang dapat menghalangi kesempatan mereka untuk mendapatkan pendidikan formal.

Berbagai kajian telah menunjukkan bahwa peningkatan literasi perempuan memiliki dampak yang positif dalam berbagai aspek kehidupan. Literasi yang kuat membantu perempuan dalam memperoleh pengetahuan tentang kesehatan, keuangan, dan hak-hak mereka. Ini dapat membantu mereka mengambil keputusan yang lebih baik dalam kehidupan pribadi, memperbaiki kesejahteraan keluarga, dan berkontribusi pada pembangunan sosial dan ekonomi di masyarakat.

Tujuan
- Mewujudkan perempuan literat
- Membangun tradisi literasi organisasi
- Membangun komunitas literasi 

3. Sayembara Kepenulisan
Narasi
Gerakan literasi perlu ditopang oleh keterampilan menulis (juga membaca) yang memadai.

Latar Belakang
Di kalangan Nasyiatul Aisyiyah, terdapat banyak penulis potensial yang perlu difasilitasi melalui suatu sayembara kepenulisan. Kegiatan sayembara penulisan memberikan platform bagi individu untuk mengembangkan kreativitas mereka dan mengekspresikan diri melalui tulisan. Dengan memberikan tema atau topik tertentu, kegiatan ini memicu imajinasi dan memotivasi penulis untuk menghasilkan karya-karya unik dan orisinal.

Melalui sayembara penulisan, peserta dihadapkan pada berbagai topik dan tema. Hal ini mendorong mereka untuk melakukan penelitian dan memperdalam pemahaman mereka tentang subjek yang ingin mereka tulis. Dengan demikian, kegiatan ini memperluas wawasan dan pengetahuan peserta dalam berbagai bidang.

Sayembara penulisan juga dapat membangkitkan minat membaca. Sebagai persyaratan untuk berpartisipasi, peserta sering diminta untuk membaca karya-karya sebelumnya, baik yang telah diterbitkan atau karya peserta lain. Hal ini mendorong mereka untuk menjelajahi literatur dan mengembangkan apresiasi terhadap berbagai gaya penulisan.

Sayembara penulisan bahkan juga berpotensi menciptakan kesempatan bagi penulis, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman, untuk berkumpul, berinteraksi, dan berbagi pengalaman mereka dalam menulis. Ini membantu membangun komunitas penulis yang saling mendukung dan memotivasi satu sama lain untuk terus berkarya dan meningkatkan kemampuan menulis.

Gerakan literasi dapat diperkuat dengan menginspirasi individu untuk membaca dan menulis secara aktif. Selain itu, kegiatan ini juga menciptakan ruang bagi para penulis untuk menunjukkan bakat mereka, membangun jaringan, dan menghasilkan karya-karya yang berkontribusi pada perkembangan literatur.

Tujuan
- Mewujudkan perempuan literat
- Membangun tradisi literasi
- Masifikasi gerakan baca-tulis

4. Pengelolaan Website PWNA Jawa Timur
Narasi
Nasyiatul Aisyiyah Jawa Timur perlu menyebarluaskan ide, gagasan, dan karyanya secara luas kepada khalayak tanpa dibatasi oleh jarak dan ruang geografis.

Latar Belakang
Website merupakan sarana yang efektif dalam menyediakan aksesibilitas informasi yang luas dan mudah diakses oleh khalayak secara luas. Dengan memiliki website yang didedikasikan untuk literasi, informasi, bahan bacaan, sumber daya pendidikan, dan karya-karya tulisan dapat diunggah dan diakses oleh siapa saja, kapan saja, dari berbagai lokasi.

Pengelolaan website juga dapat mendorong upaya pengembangan keterampilan teknologi dan digital. Dalam proses pembuatan dan pengelolaan website, kita dapat mempelajari keterampilan yang berguna dalam era digital, seperti penggunaan platform website, desain grafis, penulisan online, dan manajemen konten. Ini memberikan kesempatan untuk meningkatkan literasi digital di kalangan masyarakat.

Melalui pengelolaan website yang interaktif, informatif, dan mudah diakses, gerakan literasi dapat diperkuat dengan memanfaatkan teknologi dan internet. Website menjadi alat yang kuat dalam menyediakan informasi, mendorong partisipasi, dan membangun komunitas yang berfokus pada literasi.

Tujuan
- Menyebarluaskan narasi gerakan Nasyiatul Aisyiyah Jawa Timur
- Penetrasi organisasi pada ranah digital

5. Pengelolaan Media Sosial PWNA Jawa Timur
Narasi
Nasyiatul Aisyiyah Jawa Timur perlu menyebarluaskan ide, gagasan, dan karyanya secara luas kepada khalayak tanpa dibatasi oleh jarak dan ruang geografis.

Latar Belakang
Era digital menciptakan arus besar dengan terjadinya “migrasi” besar-besaran umat manusia menuju media sosial sebagai platform bersosialisasi. Media sosial merupakan sarana yang efektif dalam menyediakan aksesibilitas informasi yang luas dan mudah diakses oleh khalayak.

Maka, gerakan Nasyiatul Aisyiyah harus mampu menyesuaikan diri dengan merambah dakwah melalui berbagai platform media sosial yang populer demi penyebarluasan dakwah yang multimedia. Harapannya, gerakan Nasyiatul Aisyiyah akan senantiasa relevan dengan zaman.

Tujuan
- Menyebarluaskan narasi gerakan Nasyiatul Aisyiyah Jawa Timur
- Penetrasi organisasi pada ranah digital

6. Digitalisasi Organisasi PWNA Jawa Timur
Narasi
Nasyiatul Aisyiyah Jawa Timur perlu melakukan digitalisasi organisasi sebagai respons atas era digital yang kian menzaman.

Latar Belakang
Pemanfaatan perangkat digital dalam kehidupan sehari-hari kian tak terhindarkan. Digitalisasi kemudian menjadi isu yang berkembang dan dikembangkan pada banyak aspek. Digitalisasi sebagai bagian dari efek kemajuan zaman menjadikannya kian relevan dan nyaris mustahil untuk dihindari.

Tak terkecuali dalam organisasi. Digitalisasi organisasi ditengarai dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas organisasi. Dengan mengadopsi sistem digital untuk tugas-tugas administratif, komunikasi internal, manajemen data, dan proses bisnis lainnya, organisasi dapat menghemat waktu dan sumber daya, mempercepat alur kerja, serta meningkatkan produktivitas.

Melalui digitalisasi, organisasi dapat menciptakan aksesibilitas yang lebih luas dan fleksibilitas dalam beroperasi. Seluruh kader dan anggota dapat bekerja dari jarak jauh atau secara terdistribusi dengan memanfaatkan teknologi komunikasi digital. Selain itu, dengan adopsi platform digital, masyarakat luas dapat mengakses informasi, layanan, atau produk organisasi dengan mudah melalui internet.

Digitalisasi memungkinkan organisasi untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis data dengan lebih efektif. Dengan menggunakan alat analisis data dan kecerdasan buatan, organisasi dapat menghasilkan wawasan yang berharga untuk pengambilan keputusan yang lebih baik dan strategi bisnis yang lebih efektif.

Digitalisasi organisasi merupakan penanda penyelenggaraan organisasi dari manual ke digital.

Tujuan
- Mewujudkan organisasi Nasyiatul Aisyiyah Jawa Timur yang modern dan berkemajuan
Menyebarluaskan narasi gerakan Nasyiatul Aisyiyah Jawa Timur
- Penetrasi organisasi pada ranah digital