Departemen Kader

Perkaderan dalam Muhammadiyah lahir sejalan dengan proses pembinaan anggota dan calon anggota Muhammadiyah untuk menghasilkan tenaga dan pengerak inti penerus misi dan gerakan Muhammadiyah melalui berbagai kegiatan. Perkaderan pada hakekatnya merupakan pembinaan personil calon anggota, anggota, maupun pemimpin secara terprogram dengan tujuan tertentu sehingga akan terbentuk tenaga atau kader yang dapat menjadi pelopor, pelangsung, dan penyempurna amal usaha Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dan dakwah Islam amar makruf nahi mungkar. Perkaderan juga diharapkan tidak hanya dapat menciptakan kader organisasi, tetapi dengan perkaderan diharapkan dapat menciptakan kader umat dan kader bangsa.

Sadar akan pentingnya membentuk kader yang unggul tersebut, Nasyiatul Aisyiyah sebagai salah satu organisasi otonom dan kader Muhammadiyah terdorong untuk memberi kontribusinya melalui pembuatan konsep perkaderan serta merealisasikannya dalam berbagai bentuk kegiatan. Upaya ini diharapkan dapat mewujudkan tujuan Nasyiatul Aisyiyah dalam membentuk pribadi putri Islam yang berarti bagi agama, bangsa, dan negara menuju masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yang diridhai Allah SWT.

Kaderisasi merupakan proses transformasi, sosialisasi, dan  ideologisasi nilai-nilai melalui sistem organisasi. Dengan demikian kaderisasi memiliki makna: internalisasi nilai-nilai yang dianut oleh organisasi Nasyiah dari generasi ke generasi berikutnya; dinamisasi nilai-nilai untuk menghadapi tantangan dan perubahan yang dihadapi oleh organisasi; dan penanaman nilai-nilai ilahiyah dan spirit perjuangan dalam rangka pencapaian tata nilai sebagaimana tujuan dan misi yang diemban organisasi.

Berdasarkan penjelasan tersebut diatas maka, proses kaderisasi merupakan proses pendidikan karena adanya penanaman dan pembentukan sikap, kepribadian yang berdasarkan ajaran Islam, pembekalan wawasan, pengetahuan, dan ketrampilan terhadap personal yang terlibat dalam masing-masing tingkatan proses perkaderan.

Profil Kader Nasyiatul Aisyiyah
Menurut bahasa, kader diartikan sebagai orang yang diharapkan akan memegang peran yang penting dalam lembaga, instansi atau gerakan tertentu. Sebagai orang yang diharapkan mampu menerjemahkan cita-cita yang terkandung dalam visi bahkan menyempurnakan misi atau tugas-tugas organisasi, seorang kader dituntut memiliki sifat dan kemampuan tertentu sesuai dengan kriteria yang diinginkan oleh organisasi sebagian besar didasarkan oleh beberapa hal, misalnya, landasanidal, spiritual, landasan konstitusional, kebijakan-kebijakan organisasi. Intergrasi antara kemampuan intelektual, serta kematangan  emosi dan spiritual diprekdisikan akan membuahkan pribadi-pribadi kader yang berkualitas sebagai sosok ideal dan urat nadi organisasi.

Nasyiatul Aisyiyah merupakan gerakan Islam amar makruf nahi munkar yang bergerak di bidang keagamaan, keperempuanan dan kemasyarakatan yang berlandasan pada Al Qur’an dan As-Sunnah. Selain itu, Nasyiatul Aisyiyah juga merupakan bagian dari angkatan muda Muhammadiyah yang dituntut untuk melanjutkan perjuangan persyarikatan sebagai elemen angakatan muda Muhammadiyah Nasyiatul Aisyiyah dituntut menyiapkan diri sebaik-baiknya terutama kuantitas sekaligus kualitas sumber daya kader melalui berbagai aktivitas perkaderan, misalnya, pelatihan formal, informal, dan nonformal. Kesemuanya itu bertujuan menggali dan meningkatkan potensi sumber daya kader sehingga kekuatan yang memadai untuk menerima tanggung jawab penanaman nilai-nilai Islam dalam berbagai aspek kehidupan. Penilaian kualitas kader yang dihasilkan tau akan dihasilkan didasarkan pada beberapa kriteria ideal perspektif Nasyiah.

Adapun profil kader ideal perspektif Nasyiah ialah: (1) Memiliki kemampuan menggerakkan organisasi, mengamalkan ajaran Islam dalam rangka mencapai tujuan Nasyiatul Aisyiyah yang senantiasa memiliki keterikatan pada pencerahan dan pemberdayaan  perempuan menuju terwujudnya masyarakat yang sebenar-benarnya; (2) Memiliki kemampuan menjadi pelopor, pelangsung, dan penyempurna gerakan Muhammadiyah; dan (3) Memiliki kemampuan menjadi kader umat dan kader umat dan bangsa yang dapat menjadi pemimpin masing-masing bidang.

Orientasi Perkembangan Nasyiatul Aisyiyah
Sistem perkaderan Nasyiatul aisyiyah memiliki orientasi perkaderan yang berfungsi sebagai pedoman pada pengelolaan pelatihan , sumber daya kader disiapkan antara lain dengan melalui proses perkaderan Nasyiatul Aisyiyah. Agar sesuai dengan tujuan perkaderan Nasyiatul Aisyiyah yaitu tumbuhnya kader-kader berkualitas yang mampu mensukseskan tujuan gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar, Sistem Perkaderan Nasyiatul Aisyiyah memiliki orientasi perkaderan yang berfungsi sebagai pengarah bagi pengelolaan pelatihan, misalnya, desain kurikulum pada massing-masing jenis dan jenjang pelatihan, ataupun aktivitas-aktivitas perkaderan yang lain.

Orientasi perkaderan Nasyiatul Aisyiyah ialah:

1. Iman dan Takwa
Aktivitas perkaderan termasuk pelatihan formal, informal, maupun non formal selalu berorientasi pada nilai-nilai keimanan, keislaman, dan ketaqwaan baik melalui kajian ilmiah maupun alamiyah. Kesadaran akan pentingnya pembinaan iman dan taqwa muncul karena aspek inilah yang berfungsi sebagai alat kontrol dan pemelihara integritas, komitmen dan penegakan nilai-nilai Illahiyah pada pribadi setiap kader Nasyiah yang tercermin dalam setiap sikap, perkataan, dan tindakan. Karunia Allah SWT yang berupa akal, hati, dan nafsu akan dapat di pergunakan untuk mencapai kebaikan di kehidupan dunia dan akhirat apabila dituntun oleh iman dan ketaqwaan. Oleh karenanya aspek iman dan taqwa yang terdapat dalam semua rancangan pelatihan atau aktivitas Nasyiah, merupakan ruh diri perkaderan itu sendiri. Kajian praktek keislaman dalam aktivitas perkaderan merupakan materi wajib dengan tujuan meningkatkan kemantapan beragama seorang kader Nasyiah.

2. Citra Diri
Citra diri adalah gambaran diri seorang. Seorang kader yang terampil menempatkan diri secara proporsional, dapat berperan secara tepat sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat serta mampu memberikan manfaat kepada diri dan lingkungannya berarti memiliki citra diri yang baik. Seorang kader yang bercitra diri baik yang tercermin dalam dalam akhlakul karimah akan dapat memberikan keteladanan bagi lingkungannya dan memahami sepenuhnya keadaan dirinya baik kekurangan maupun kelebihannya dalam rangka upaya pengembangan diri. Pembentukan citra diri seseorang lebih banyak dipengaruhi oleh proses belajar yang terus menerus dan berkesinambungan di semua lingkungan baik keluarga, sekolah ataupun masyarakat. Menyadari akan pentingnya pengembangan citra diri seorang kader, Nasyiatul Aisyiyah mengarahkan aktivitas perkaderan menuju pembentukan serta serta penguatan citra diri positif seorang kader. Kajian tentang kepribadian Nasyiatul Aisyiyah merupakan bagian dari upaya pengembangan citra diri kader Nasyiah.

3. Kepemimpinan
Syiar Islam akan mencapai kejayaan apabila dibawa oleh kader-kader umat yang memiliki dedikasi, semangat juang tinggi, peka terhadap persoalan umat, berjiwa aspiratif yang kesemuanya itu merupakan sebagian dari karakteristik kepemimpinan. Sementara dewasa ini dirasakan sebagai salah satu problem organisasi dan keumatan adalah krisis kepemimpinan, kurangnya pemimpin yang berkualitas baik dari aspek karakter, jiwa kepemimpinan, maupun aspek kemampuan memimpin. Tidak mengherankan apabila umat dan organisasi sebagai wadah yang tidak memiliki kemampuan yang memadai. Oleh karena itu Nasyiatul Aisyiyah sebagai organisasi kader berkepentingan untuk mendorong dan mengembangkan potensi kepemimpinan anggotanya dalam rangka menyiapkan pemimpin-pemimpin organisasi, umat dan bangsa yang berkemampuan memadai sesuai dengan nilai-nilai kepemimpinan ideal yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

4. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Ilmu merupakan ukuran bagi kualitas hidup manusia, oleh karenanya Islam memposisikannya sebagai suatu hal yang utama dan sangat penting. Apabila berkehendak mencapai kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat seseorang harus memiliki ilmu. Selain itu, pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi asset pembangunan serta berfungsi sebagai pilar peradaban. Penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi sangatlah penting agar terhindar dari kebodohan, cara berfikir jumud, sempit, eksklusif sehingga tidak mampu melihat maupun bersikap dalam menghadapi realitas kehidupan. Ketidakmampuan membuka akses menjadi kehilangan peluang untuk mengembangkan potensi.

Sebaliknya, dengan ilmu pengetahuan yang luas dan penguasaan teknologi, selain akan mendapat efisiensi hidup dalam dataran teknis tanpa menghilangkan esensi dari persoalan, juga akan membantu teknis tanpa menghilangkan esensi dari pesoalan, juga akan membantu seseorang menterjemahkan, memahami, meneliti, serta dapat mengetahuan yang benar atau yang salah. Mampu membedakan hal yang halal ataupun yang haram, serta mampu memilah hal yang wajib dilakukan ataupun yang tidak wajib dilakukan. Mengingat pentingnya penguasaan dua aspek tersebut Nasyiah memberi arah perkaderannya untuk senantiasa bermuatan ilmu pengetahuan dan teknologi agar selanjutnya menjadi motivasi kadernya untuk semakin meningkatkan keduanya setiap saat.

5. Keperempuanan
Selain organisasi kader yang bergerak di bidang keperempuanan. Hal ini dikarenakan secara historis gerakan Nasyiatul Aisyiyah termasuk juga Aisyiyah didirikan dengan maksud menjadi wadah pembinaan kualitas perempuan muslimah dari aspek ilmu pengetahuan, keagamaan, dan keterampilan bermasyarakat. Perempuan semakin dituntut untuk memberikan kontribusi terhadap pembangunan bangsa di berbagai aspek kehidupan. Meskipun demikian realita dalam masyarakat menunjukkan bahwa kemajuan yang diperoleh kaum perempuan belum maksimal, masih memerlukan perjuangan keras untuk menanamkan kesadaran tentang eksistensi dan kemampuan perempuan baik di kalangan kaum perempuan sendiri maupun masyarakat luas yang menganut budaya pratiarki seperti halnya di Indonesia. Berkaitan visi Nasyiah yang berkomitmen dengan pencerahan, pemberdayaan, dan perhatian sekaligus tantangan bagi Nasyiatul Aisyiyah. Komitmen ini diterapkan di dalam setiap gerak Nasyiah, terutama dalam perkaderan Nasyiah.

6. Kelembagaan
Organisasi di artikan sebagai sekelompok orang yang memiliki landasan berpijak, cita-cita dan tujuan yang sama serta tunduk pada kesepakatan bersama, terhimpun menjadi satu untuk mengadakan kerjasama dan interaksi guna mencapai tujuan yang sama dengan segala keterbatasan sumberdaya manusia. Agar dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar yang menjadi gerakan Nasyiah tercapai keberhasilannya, maka secara kelembagaan Nasyiatul Aisyiyah masih perlu meningkatkan diri dalam hal professionalitas sumberdaya anggota dan pimpinan, pengoptimalan produktivitas, kualitas kegiatan, penguatan jaringan. Kader yang memiliki pengetahuan tentang kepemimpinan dan keorganisasian sekaligus terampil mengaplikasikannya dalam kehidupan berorganisasi sangat diperlukan oleh Nasyiah. Mengingat pentingnya hal tersebut, Nasyiah tidak meninggalkan kegiatan-kegiatan perkaderan yang bertujuan untuk mensolidkan lembaga Nasyiatul Aisyiyah.

7. Kemasyarakatan dan Sosial Ekonomi
Dewasa ini persoalan social dalam masyarakat sudah sangat kompleks dan berdampak negatif bagi kehidupan masyarakat itu sendiri. Prostitusi, perjudian, pengangguran, dan kemiskinan merupakan contoh masalah social yang tengah kita hadapi yang hingga saat ini tak kunjung terselesaikan. Akhlak dalam keluarga yang mengalami krisis juga bagian dari problem social. Hal-hal tersebut memberikan peluang skaligus tantangan kepada Nasyiatul Aisyiyah yang mempunyai komitmen terhadap pengembangan masyarakat untuk mengambil peran penting dalam penyelesaian persoalan sosial. Nasyiah perlu merencanakan langkah-langkah strategis dan kemudian diaplikasikan dalam masyarakat. Sebagai lembaga yang mengedepankan ilmu pengetahuan, Aisyiyah semestinya semakin meningkatkan ilmu-ilmu kemasyarakatnya di berbagai bentuk kegiatan perkaderan guna pengatasan problem social baik bagi anggota, simpatisan Nasyiah maupun masyarakat luas. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya mencapai tujuan Nasyiatul Aisyiyah yaitu terciptanya baidatun thayyibatun wa rabbun ghafur.