Educare Nasyiah Jawa Timur: Anak Tenang, Ibu Senang

Suasana Educare pada Konsolidasi Wilayah dan Pelatihan Manajemen


nasyiahjatim.or.idNasyiatul Aisyiyah Jawa Timur berkomitmen untuk mengadakan educare—fasilitas belajar dan bermain bagi anak-anak—pada setiap kegiatan besar hal tersebut menjadi salah satu dukungan untuk Gerakan Nasyiatul Aisyiyah ramah anak.

Pada Konsolidasi Wilayah dan Pelatihan Manajemen Organisasi (6-7/01) di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Nasyiah Jawa Timur membuka educare bagi anak-anak para peserta kegiatan dengan tujuan agar para anggota Nasyiatul Aisyiyah yang rata-rata ibu muda dan memiliki balita ini tidak ragu untuk mengikuti setiap kegiatan dan selama kegiatan pun bisa tenang.

30-an anak diamanahkan pada educare dalam kegiatan ini, sehingga membutuhkan tenaga bantuan bukan hanya dari panitia, tetapi juga dibantu Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Malang, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Brawijaya, dan UIN Maulana Malik Ibrahim sebagai pengasuh.

"Selama dua hari ini untuk pendamping dibuat sistem shift," ujar Rifka Fatimatuz Zahro. "Ada tiga shift, masing-masing selama enam jam dengan enam pendamping," papar Wakil Ketua Bidang Kesehatan PWNA Jawa Timur ini.

Educare ini tidak hanya menyediakan layanan penitipan anak secara cuma-cuma, namun tetap berkomitmen memberikan fasilitas maksimal bagi anak-anak dengan menyediakan berbagai mainan, buku, serta kegiatan yang dapat melatih motorik serta sensorik anak. 

Di educare, anak-anak bisa bermain dengan teman sebaya dan para pendamping dengan berbagai kegiatan. Diantara kegiatan itu misalnya bermain bola bersama, bermain peran menjadi dokter, menyusun puzzle dan balok, bermain perosotan dan mobil mobilan, belajar menggambar dan mewarnai, serta bercerita dengan boneka tangan.

Kendati, tentu saja, setiap kegiatan pasti memiliki tantangan. Begitu pula dalam penyelenggaraan educare ini. Menurut Rifka, tedapat beberapa tantangan yang harus dilalui oleh tim educare seperti keaktifan anak-anak yang ingin bermain ke mana-mana hingga keluar area educare, masih terbatasnya jenis mainan sehingga terkadang anak-anak berebut dalam bermain, hingga bervariasinya usia anak-anak sehingga membuat pendamping harus kreatif dalam proses mengajak bermain anak.

"Serta yang paling menantang karena kegiatan kita berpindah-pindah tempat, maka kami juga harus memindahkan peralatan karena beberapa mainan berukuran besar," imbuh Rifka. "Untung ada suami anggota yang siap membantu,” pungkasnya.

Kedepannya, program ini diharapkan dapat terus dilakukan pada setiap agenda dan kegiatan. Bahkan, PWNA Jawa Timur berencana untuk berinvestasi mainan anak agar tidak perlu menyewa.

Nur Afni Rachman