Gelisah Terhadap Sampah Rumah Tangga, PWNA Jawa Timur Selenggarakan Webinar

dr. Bintari Wuryaningsih (tengah) saat memaparkan materi pada Tadarus Lingkungan

nasyiahjatim.or.idDepartemen Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiah (PWNA) Jawa Timur menyelenggarakan Tadarus Lingkungan (Darling) secara virtual, Sabtu (21/10).

Mengambil tema Merdeka Sampah Rumah Tangga, kegiatan ini diikuti oleh kader Nasyiatul Aisyiyah se-Jawa Timur, Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah DKI Jakarta, Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah Jawa Barat, hingga masyarakat umum dari Manado dan Aceh Barat Daya.

Zahrotul Janah, Wakil Ketua PWNA Jawa Timur, dalam sambutannya mengajak seluruh perempuan yang terdidik setiap hari dibuktikan dengan terus belajar khususnya terkait isu lingkungan. "Kita perlu terus belajar bagaimana mengelola sampah dari aktifitas di rumah," ujarnya.

Menurutnya, kader Nasyiatul Aisyiyah diharapkan mampu menjadi bagian dari perubahan lingkungan, misalnya dengan melakukan pemilahan sampah rumah tangga dari rumah.

Pengggas Rumah Edukasi Pilah dan Olah Sampah dari Rumah, dr. Bintari Wuryaningsih, dalam pemaparannya memberikan gambaran terkait kondisi Sampah di Indonesia sekaligus memberikan tutorial membuat EcoEnzim.

Flyer Tadarus Lingkungan

"Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2019 menunjukkan jumlah timbunan sampah di Indonesia sebesar 175.000 ton per hari atau setara dengan 64 juta ton per tahun," paparnya.

Dokter umum IGD RS Islam Fatimah Banyuwangi itu menuturkan bahwa komposisi sampah tersebut terdiri dari sampah organik 50%, plastik 15%, kertas 10%, sisanya 25% logam, kain, kaca, dan lain sebagainya.

Menurutnya, tingginya sampah organik di tempat pembuangan akhir (TPA) dapat diminimalkan dengan peran kita dari rumah, yakni dengan melakukan pemilahan sampah rumah tangga.

Dalam pengelolaan sampah, diperlukan paradigma yang dapat mendukung minimnya permasalahan sampah.

"Paradigma yang harus dibangun terkait pengelolaan sampah ialah sampah adalah rupiah, sampah adalah bahan baku daur ulang, sampah adalah berkah, dan sampah adalah sumber energi baru dan terbarukan," lanjut perempuan kelahiran Sleman, 1975 ini.

Tata kelola sampah yang selama ini dipahami oleh masyarakat adalah KAB, yakni kelola di rumah, angkut ke TPS, dan buang ke TPA.

"Tata kelola seperti ini hanya memindahkan masalah, namun tidak menyelesaikan masalah hingga akarnya," ujarnya.

Harapan untuk pengelolaan sampah di Indonesia telah tertulis di UU No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Hal itu harus diimbangi dengan peran aktif masyarakat dalam melakukan pemilahan sampah dari rumah serta peran pemerintah dalam menjalankan regulasi yang telah dibentuk.

Selain itu, pemerintah diharapkan menyediakan infrastruktur yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam mengoptimalkan pengelolaan sampah. "Adanya bank sampah di setiap kelurahan, armada pengangkut sampah yang terpilah, sampai penggunaan teknologi dalam pengelolaan sampah yang lebih maju dihadapkan mampu membantu mewujudkan Indonesia bersih," pungkasnya.

Pada kegiatan ini, dr. Bintari—sapaan akrabnya, mempraktikkan cara membuat EcoEnzim dari sampah organik. Tahap demi tahap disimak dengan seksama oleh seluruh peserta Taradus Lingkungan hingga memantik berbagai pertanyaan yang membuat diskusi semakin menarik.

Rencananya, Tadarus Lingkungan ini akan diselenggarakan rutin dan berkelanjutan. 

Nia Ambarwati