nasyiahjatim.or.id—Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiah (PWNA) Jawa Timur melalui Departemen Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana mengadakan Tadarus Lingkungan (Darling) yang dilaksanakan virtual, Selasa (11/7/2023).
Kegiatan tersebut diikuti oleh kader Nasyiatul Aisyiyah se-Jawa Timur, Majelis Lingkunga Hidup (MLH) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Tuban, dan Organisasi Siswa Pecinta Alam (Orspala) SMK Muhammadiyah 8 Siliragung.
Wakil Ketua PWNA Jawa Timur Zahrotul Janah mengatakan kegiatan ini dilakukan dalam memperingati Hari Bebas Kantong Plastik Internasional yang jatuh pada tanggal 3 Juli.
Dalam sambutannya, dia mengajak seluruh kader Nasyiatul Aisyiyah se Jawa Timur untuk menjaga alam dengan upaya-upaya yang bisa kita maksimalkan
“Apa yang kita buang, akan kembali ke meja makan. Artinya, segala bentuk tindakan khususnya yang merusak alam, maka kita sebagai manusia akan merasakan dampak dari adanya kerusakan tersebut,” ujarnya.
Dia menuturkan, sebagai kader Nasyiatul Aisyiyah diharap mampu menjadi bagian dari perubahan lingkungan minimal dari diri sendiri untuk melakukan aktivitas yang ramah terhadap lingkungan.
Data dari World Bank (2019) menyatakan Indonesia menduduki peringkat dua dunia dengan kategori penyumbang sampah di lautan.
“Selain itu, berdasarkan data dari National Plastic Action Partnership (NPAP) diperkirakan sebanyak 4,8 juta ton sampah per tahun tidak dikelola dengan baik,” jelanya.
Melalui Yayasan Ecoton yang digagas oleh Program Studi Biologi Universitas Airlangga, lanjutnya, berbagai riset telah dilakukan untuk mengidentifikasi pencemaran air karena limbah sampah plastik, mengedukasi masyarakat sampai dengan gerakan bersih sungai di seluruh Indonesia.
Kondisi Sungai Memprihatinkan
Staf Divisi Riset Ecoton Rafika Aprilianti dalam Zoom Meeting menyampaikan kondisi sungai di Indonesia saat ini sudah sangat memprihatinkan.
“Banyaknya sampah plastik yang dibuang ke sungai atau laut membuat ekosistem laut terganggu.
Salah satu contoh banyaknya biota laut yang mati karena terlalu banyak mengonsumsi plastik yang ada di lautan,” ungkapnya.
Sampah plastik yang selama ini kita buang ke alam mengalami penghancuran secara alamiah selama puluhan tahun.
Itupun tidak membuat sampah plastik itu hilang melainkan berubah menjadi mikroplastik.
“Misal kita membuang sampah kantong plastik sekali pakai ke sungai, lalu plastik itu terdegradasi secara alamiah menjadi mikroplastik, lalu dimakan oleh ikan yang kemudian ikan tersebut kita konsumsi, maka mikroplastik tersebut akan masuk ke dalam rantai makanan manusia,” lanjutnya.
Rafika sapaan akrabnya, menuturkan mikroplastik sangat berbahaya bagi manusia.
“Selain akan menganggu sistem metabolisme tubuh, adanya mikroplastik dalam rantai makanan manusia membuat beberapa organ tubuh mengalami gangguan,” ujarnya.
Misalnya penurunan metabolisme sel pada hati sehingga menyebabkan sirosis (kerusakan hati) sampai memicu gangguan pada hormon wanita yang dapat mengakibatkan Syndrom Ovarium Polikistik (PCOS).
Dia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai dan beralih ke kantong plastik ramah lingkungan (kain) sebagai salah satu upaya dalam meminimalkan kerusakan lingkungan di kemudian hari.
Nia Ambarwati