Iman dan Kepasrahan Seorang Hamba


Oleh:
Erfin Walida Rahmania

Di sebuah negeri yang dipimpin oleh raja bijaksana, terdapat sebuah sayembara.

"Selamat siang, seluruh penduduk negeri," sapa juru bicara kerajaan.

"Esok akan ada sebuah tantangan di jurang pinggir kota. Akan disiapkan sebilah bambu yang melintang di tengah jurang. Siapa yang berhasil berjalan melewati titian tersebut, ia mendapat hadiah istimewa dari raja."

Sontak penduduk negeri berbisik-bisik dalam kerumunan. Takut dan penasaran dengan apa yang akan terjadi esok hari.

Keesokan harinya, berjubel manusia memenuhi pinggiran jurang guna menanti seorang kesatria yang berani melakukan uji nyali. Tak lama kemudian, Jubir menaiki podium dan menyambut seorang pemuda yang menyanggupi tantangan raja. Riuh suara hadirin melihat pemuda pemberani mulai meniti di atas sebilah bambu dari ujung jurang ke jurang lainnya.

Semakin ramai sorakan tepuk tangan saat pemuda berhasil melewati tantangan tersebut. Ada yang menganga keheranan, ada yang berdecak kagum dan ada yang tak percaya. Sebagian dari mereka meminta agar adegan tersebut diulang sekali lagi.

Dengan sedikit rayuan jubir, pemuda pun sanggup mengulang aksinya. Ia menaiki sebilah bambu dengan santai, meniti perlahan, tak lama kemudian sampai di pinggiran jurang. Sorak sorai hadirin kembali menggema bersamaan tanpa dikomando. Kemudian kata-kata jubir meredam suara sedikit demi sedikit.

"Hadirin, kalian telah menyaksikan pemuda hebat ini melakukan hal yang tak biasa. Tantangan selanjutnya, siapa yang bersedia naik ke punggung pemuda ini sambil meniti sebilah bambu, ia pun akan mendapat hadiah yang serupa dari raja."

Pucat pasi wajah mereka. Tak ada yang bersuara. Hawa dingin menyelimuti kemudian. Berkali-kali jubir menawarkan sayembara kedua, tak ada yang yakin untuk digendong pemuda tadi. Meski semua teah melihat kemampuannya yang tak biasa.

Begitulah akhir kisahnya. Ibrah yang dapat kita petik dari kisah di atas adalah tentang kepasrahan hamba kepada Sang Pencipta. Semua hamba pasti percaya bahwa Allah maha mengabulkan doa, maha pemilik kebesaran, dan maha segalanya. Dan itu telah dibuktikan berkali-kali sebagaimana yang dilakukan pemuda di atas.

Namun, untuk memasrahkan diri dan segala urusan kepada Allah, terkadang masih ragu dan belum sepenuhnya. Sebagaimana penduduk negeri yang percaya pada kemampuan pemuda, tapi tak mau mempercayakan dirinya digendong olehnya.

Yuk belajar pasrah kepada Allah. Ketika ujian, sakit, atau punya masalah besar, kita cukup berusaha maksimal dan memasrahkan hasilnya kepada Allah. Itulah yang disebut tawakkal.